Ketika aku berhadapan dengan dia, mula-mula aku tidak berani menatap wajahnya. Tetapi dia memintaku untuk menatap dia. Wajahnya teduh. Sinar matanya jernih. Bicaranya lembut, tidak berapi-api. Dia menanyakan kepadaku, apa keperluanku. Aku jawab apa adanya. Aku tidak ingin banyak bertanya, seperti Musa dulu terlalu banyak bertanya kepada Khidr. Aku mendengarkan apa yang dikatakannya. Aku memperhatikan apa yang dilakukannya. Dia menunjukkan kepadaku jalan untuk menemui Guru Sejatiku dan mengajarkan kepadaku cara menempuh jalan itu. Semuanya jelas dan gamblang.
Bagai disambar petir ketika aku memasuki jalan itu. Sulit digambarkan dengan kata-kata, seperti sulitnya aku melukiskan rasa asin dengan kata-kata. Bahkan aku tidak dapat menjawab pertanyaan dia, selain melalui linangan airmata yang tak dapat kutahan. Inilah akhir pencarianku selama 15 tahun dan sekaligus langkah awalku memasuki pengembaraan rohani, dan aku menemukannya di sini melalui bantuan dia, pembimbingku. Melalui dia aku benar-benar menemukan kesejatian syahadat. Melalui dia aku dapat menemukan jalan untuk bertemu dengan Guru Sejati yang tak pernah bosan dengan kedatanganku. Bahkan Guru Sejatiku tidak pernah meninggalkan aku. Dia pula yang menyuruhku bertemu dengan Adam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar